FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN

BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai cita-cita bangsa Indonesia. Sesuai amanat Pasal 14 UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, “Pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur, menyelenggarakan membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat.” Namun, amanah Undang undang ini belum sepenuhnya bisa di realisasikan.
Status kesehatan seseorang atau msyarakat, merupakan hasil interaksi dari berbagai factor internal maupun factor eksternal manusia. Factor internal ini terdiri dari factor fisik maupun psikis. Factor eksternal terdiri terdiri dari berbagai factor seperti social, budaya masyarakat, lingkungan fisik, politik, ekonomi, pendidikan dan sebagainya.
Status kesehatan merupakan kesatuan dari kondisi kesehatan fisik, kesehatan mental dan kesehatan social seseorang atau masyarakat. Status kesehatan masyarakat dapat di nilai berdasarkan pencapaian umur harapan hidup, angka kesakitan, angka kecacatan, angka kematian, pencapain keikut sertaan dalam pelayanan kesehatan, pencapaian kepuasan internal partisipasi dalam kehidupan social dan lingkungan.
Secara garis besar status kesehatan di pengaruhi oleh empat factor yaitu lingkungan, perilaku/gaya hidup, pelayanan kesehatan dan genetic. Factor lingkungan mempengaruhi sebanyak 45 persen, factor perilaku 30 persen, factor pelayanan 20 persen, dan factor pelayanan hanya berpengaruh 5 persen terhadap status kesehatan.

Sebagian masyarakat berpendapat bahwa kebijakan pemerintah lah yang salah, sehingga masalah-masalah kesehatan di Indonesia seakan tak ada ujungnya. Akan tetapi, kita tidak bisa hanya menyalahkan pemerintah saja dalam hal ini. Karena bagaimanapun juga, sebenarnya individu yang menjadi faktor penentu dalam menentukan status kesehatan. Dengan kata lain, selain pemerintah masih banyak lagi faktor-faktor atau determinan yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat.
B.   Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan masyarakat.

BAB II
PEMBAHASAN


A.   Faktor Yang Mempengaruhi Status Kesehatan
Hendrik L Blum mengatakan bahwa ada empat faktar yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat, yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan.

                                                                        Lingkungan



                    STATUS KESEHAT

      Keturunan                                                                               Perilaku
                                                                       
                                                               Pelayanan kesehatan

                        Gambar 1: faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan masyarakat

Pada gambar menunjukan bahwa lingkungan mempunyai pengaruhi peranan yang besar di ikuti perilaku, fasilitas kesehatan dan keturunan. Lingkungan sangat berfariasi umumnya di golongkan tiga kategori, yaitu: yang berhubungan dengan aspek fisik misalnya: sampah, air udara, tanah, iklim, perumaan dan sebagainya.Perilaku merupakan faktor kedua mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, karena sehat tidaknya lingkungan individu, keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada prilaku manusia itu sendiri, selain itu juga dipengaruhi oleh kebiasaan, adat istiadat, kepercayaan, pendidikan, sosial ekonom dan prilaku-prilaku lain yang melekat pada dirinya (Nasrul, 1998).
Pelayanan kesehatan merupakan faktor ke tiga yang mempengaruhi kesehatan masyarakat, karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, pengobatan dan keperawatan serta kelompok dan masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas sangat di pengaruhi oleh lokasi, apakah dapat di jangkau masyarakat atau tidak. Faktor keturunan merupakan faktor yang telah ada dalam tubuh manusia yang di bawa sejak lahir, misalnya dalam penyakit keturunan diabetes militus, asma bronkial dan sebagainya (Nasrul, 1998).
B.   Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan adalah tanggapan seseorang terhadap rangsangan yang berkaitan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan. Menurut Notoatmodjo dalam Dwi (2010), rangsangan yang terkait dengan perilaku kesehatan terdiri dari 4 unsur, yaitu: sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan.
Menurut Nasrul (1998) perilaku kesehatan terhadap sakit dan penyakit sesuai dengan tingkat-tingkat pemberian pelayanan kesehatan yang menyeluruh atau sesuai dengan tingkat pencegahan penyakit, yaitu:
1.    Perilaku peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health promotion behavior)
Contoh:
ü  ibu-ibu memasak makanan yang bervitamin dan bergizi untuk keluarga,
ü  setiap jumat pagi pegawai negeri sipil melakukan senam pagi bersama.
2.   Perilaku pencegahan penyakit (healt prevention behavior)
Contoh:
ü  Melaksanakan 3 M (menimbun, menanam, ,menguras) untuk mencegah penyakit demam berdarah
ü  Tidur pakai kelambu untuk mencegah gigitan nyamuk
ü  Mengimunisasikan bayi/anak kefasilitas kesehatan
ü  Penderita TBC tidak meludah di sembarang tempat untuk mencegah penularan pada orang lain
ü  Penggunaan kondom untuk mencegah PMS
3.    Perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior)
Contoh:
ü  Berobat ke puskesmas, rumah sakit, dan dokter praktik
4.    Perilaku pemulihan kesehatan (health rehabilitation behavior)
Contoh:
ü  Seorang penderita hepatitis melakukan diet dengan tidak makan makanan mengandung lemak.
ü  Seorang penderita patah tulang seminggu sekali ke fisioterapi sesuaran anjuran dokter
Berdasarkan pendapat Ogden dalam Naeru (1998), menentukan tiga bentuk perilaku kesehatan yang meliputi:
a.   Perilaku sehat (a health behaviour) yaitu perilaku yang bertujuan mencegah penyakit (seperti makan, diet kesehatan)
b.   Perilaku sakit (a illness behaviour) yaitu perilaku mencari pengobatan (seperti pergi ke dokter).
c.   Perilaku peran sakit (a sick role behaviour) yaitu tindakan yang bertujuan untuk mendapatkan kesehaatan (seperti minum obat yang sudah diresepkan, beristirahat).
Menurut Green dan Kreuter dalam Dwi (2010), menganalisis bahwa faktor perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama :

a.   Faktor-faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor yang melatar belakangi perubahan perilaku yang menyediakan pemikiran rasional atau motivasi terhadap suatu perilaku. Faktor ini meliputi pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai, dan sebagainya.
b.   Faktor-faktor pendukung
Faktor pendukung adalah faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku individu atau organisasi termasuk tindakan/ ketrampilan.. Faktor ini meliputi ketersediaan, keterjangkauan sumber daya pelayanan kesehatan, prioritas dan komitmen masyarakat dan pemerintah dan tindakan yang berkaitan dengan kesehatan.
c.   Faktor-faktor pendorong
Faktor pendorong adalah faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Faktor ini memberikan penghargaan/ insentif untuk ketekunan atau pengulangan perilaku. Faktor penguat ini terdiri dari tokoh masyarakat, petugas kesehatan, guru, keluarga dan sebagainya.
Menurut Bloom (dalam Nasrul, 1998) membagi domain perilaku dalam 3 bentuk yaitu:
a.    Pengetahuan
1)    Pengertian
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini tejadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour). Berdasarkan pengalaman ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
2)    Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan dalam aspek kognitif, dibagi menjadi 6 (enam) tingkatan yaitu :
a)    Tahu ( know )
Tahu diartikan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, dari seluruh bahan yang dipelajari. Tahu ini merupakan tingkat pengertian yang paling rendah.
b)    Memahami (Comprehension)
Memahami ini diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi ke kondisi sebenarnya.
c)    Aplikasi (Aplication)
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
d)    Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen - komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e)    Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian - bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f)     Evaluasi (Evaluation)
Evalusi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek.


3)    Faktor yang mempengaruhi pengetahuan :
a)    Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah suatu cita – cita tertentu. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup, terutama dalam memotivasi sikap berperan serta dalam perkembangan kesehatan. Semakin tinggi tingkat kesehatan, seseorang makin menerima informasi sehingga makin banyak pola pengetahuan yang dimiliki.
b)    Paparan media massa
Melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik berbagai informasi dapat diterima masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa (TV, radio, majalah, pamflet, dan lain - lain) akan memperoleh informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi media. Ini berarti paparan media massa mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang.
c)    Ekonomi
Usaha memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih mudah tercukupi dibandingkan keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan sekunder. Jadi dapat disimpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang berbagai hal.
d)    Hubungan sosial
Manusia adalah makhluk sosial dimana dalam kehidupan saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat berinteraksi secara continue akan lebih besar terpapar informasi. Sementara faktor hubungan sosial juga mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikasi untuk menerima pesan menurut model komunikasi media dengan demikian hubungan sosial dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang tentang suatu hal.
e)    Pengalaman
Pengalaman seorang individu tentang berbagai hal biasa diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya, misalnya sering mengikuti kegiatan. Kegiatan yang mendidik misalnya seminar organisasi dapat memperluas jangkauan pengalamannya, karena dari berbagai kegiatan tersebut informasi tentang suatu hal dapat diperoleh.
b.    Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Kondisi kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap juga merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan pelaksanaan motif tertentu.


 Sikap mempunyai 4 tingkatan dari yang terendah hingga yang tertinggi yaitu :
a)  Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian itu terhadap ceramah-ceramah.
b)  Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas dari pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang menerima ide tersebut.
c)  Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d)  Bertanggung jawab (responsible)
Pada tingkat ini, sikap individu akan bertanggung jawab dan siap menanggung segala resiko atas segala sesuatu yang telah dipilihnya.
C.   Kesehatan Lingkungan
Masalah kesehatan adalah masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain diluar dari masalah kesehatan itu sendiri. Lingkungan merupakan salah satu faktor yang brkontribusi 40 persen  mempengaruhi kesehatan masyarakat.
Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula (Notoatmodjo dalam Ricky, 2005). Sedangkan kesehatan lingkungan menurut WHO adalah ilmu dan keterampilan yang memusatkan perhatiannya pada usaha pengendalian semua faktor yang ada pada lingkungan fisik manusia yang diperkirakan menimbulkan/akan menimbulkan hal-hal yang merugikan perkembangan fisiknya, kesehatannya maupun kelangsungan hidupnya.
Kesehatan lingkungan mencakup aspek yang sangat luas yang meliputi hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Pentingnya lingkungan yang sehat akan mempengaruhi sikap dan perilaku manusia. Ruang lingkup kesehatan lingkungan meliputi (Ricky, 2005):
1.    Masalah perumahan
Rumah bagi manusia mempunyai arti, yaitu: Sebagai tempat untuk melepaskan lelah, beristirahat setelah penat melaksanakan kewajiban sehari-hari Sebagai tempat untuk melindungi diri dari bahaya yang datang mengancam, Sebagai tempat untuk bergaul dengan keluarga, Sebagai lambang status sosial yang dimiliki, yang masih dirasakan hingga saat ini, Sebagai tempat untuk meletakkan barang2 berharga yang dimiliki.
2. Pembuangan kotoran manusia (tinja)
Yang dimaksud kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam tubuhh ini berbentuk tinja (faeces), air seni (urine) dan CO2 sebagai hasil dari proses pernafasan.
Penyediaan sarana jamban merupakan bagian dari usaha sanitasi yang cukup penting peranannya. Ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan pembuangan kotoran yang tidak saniter akan dapat mencemari lingkungan terutama tanah dan sumber air. Pembuangan tinja yang tidak saniter akan menyebabkan berbagai macam penyakit seperti : thypus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing (gelang, kremi, tambang dan pita), schistosomiasis dan sebagainya.
Kementerian Kesehatan telah menetapkan syarat dalam membuat jamban sehat. Ada tujuh kriteria yang harus diperhatikan, yaitu: tidak mencemari air, tidak mencemari tanah permukaan, bebas dari serangga, tidak menimbulkan bau dan nyaman di gunakan, aman di gunakan pemakainya, mudah di bersihkan, tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan.
3. Penyediaan air bersih
Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil³) tersedia di bumi. Air sebagian besar terdapat di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung), akan tetapi juga dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap air, dan lautan es. Air dalam obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus air, yaitu: melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan tanah (runoff, meliputi mata air, sungai, muara) menuju laut. Air bersih penting bagi kehidupan manusia.
Penyediaan air bersih untuk masyarakat mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan kesehatan lingkungan atau masyarakat, yakni mempunyai peranan dalam menurunkan angka penderita penyakit, khususnya yang berhubungan dengan air, dan berperan dalam meningkatkan standar atau taraf/kualitas hidup masyarakat.
Sampai saat ini, penyediaan air bersih untuk masyarakat diindonesia masih dihadapkan pada beberpa permasalahan yang cukup kompleks dan sampai saat ini belum dapat diatasi sepenuhnya. Salah satu masalah yang masih dihadapi sampai saat ini yakni masih rendahnya tingkat pelayanan air bersih untuk masyarakat.


4. Pembuangan sampah
Sampah merupakan sisa dari aktifitas manusia yang tidak di gunakan, pengelolaan sampah merupakan ssesuatu yang harus dilakukan untuk menangani masalah sampah, pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaurulangan, atau pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada material sampah yang dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan, atau keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam. Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat, cair, gas, atau radioaktif dengan metode dan keahlian khusus untuk masing-masing jenis zat.
Praktik pengelolaan sampah berbeda beda antara negara maju dan negara berkembang, berbeda juga antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan, berbeda juga antara daerah perumahan dengan daerah industri. Pengelolaan sampah yang tidak berbahaya dari pemukiman dan institusi di area metropolitan biasanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, sedangkan untuk sampah dari area komersial dan industri biasanya ditangani oleh perusahaan pengolah sampah.
5. Pembuangan air kotor (air limbah)
Pencemaran air akibat kegiatan manusia tidak hanya disebabkan oleh limbah rumah tangga, tetapi juga oleh limbah pertanian dan limbah industri. Semakin meningkatnya perkembangan industri, dan pertanian saat ini, ternyata semakin memperparah tingkat pencemaran air, udara, dan tanah. Pencemaran itu disebabkan oleh hasil buangan dari kegiatan tersebut.
Pencemaran air pada dasarnya terjadi karena air limbah langsung dibuang ke badan air ataupun ke tanah tanpa mengalami proses pengolahan terlebih dulu, atau proses pengolahan yang dilakukan belum memadai. Pengolahan limbah bertujuan memperkecil tingkat pencemaran yang ada agar tidak membahayakan lingkungan hidup.
Limbah rumah tangga merupakan pencemar air terbesar selain limbah-limbah industri, pertanian dan bahan pencemar lainnya. Limbah rumah tangga akan mencemari selokan, sumur, sungai, dan lingkungan sekitarnya. Semakin besar populasi manusia, semakin tinggi tingkat pencemarannya. Limbah rumah tangga dapat berupa padatan (kertas, plastik dll.) maupun cairan (air cucian, minyak goring bekas, dll.). Di antara limbah tersebut ada yang mudah terurai yaitu sampah organik dan ada pula yang tidak dapat terurai. Limbah rumah tangga ada juga yang memiliki daya racun tinggi, misalnya sisa obat, baterai bekas, air aki. Limbah-limbah tersebut tergolong bahan berbahaya dan beracun (B3). Tinja, air cucian, limbah kamar mandi dapat mengandung bibit-bibit penyakit atau pencemar biologis (seperti bakteri, jamur, virus, dan sebagainya) yang akan mengikuti aliran air.
Limbah lalu lintas berupa tumpahan oli, minyak tanah, tumpahan minyak dari kapal tangker. Tumpahan minyak akibat kecelakaan mobil-mobil tangki minyak dapat mengotori air tanah. Selain terjadi di darat, pencemaran lalu lintas juga sering terjadi di lautan. Semuanya sangat berbahaya bagi kehidupan.
Limbah pertanian berupa sisa, tumpahan ataupun penyemprotan yang berlebihan misalnya dari pestisida dan herbisida. Begitu juga pemupukan yang berlebihan. Limbah pestisida dan herbisida mempunyai sifat kimia yang stabil, yaitu tidak terurai di alam sehingga zat tersebut akan mengendap di dalam tanah, dasar sungai, danau serta laut dan selanjutnya akan mempengaruhi organisme-organisme yang hidup di dalamnya. Pada pemakaian pupuk buatan yang berlebihan akan menyebabkan eutrofikasi pada badan air/perairan terbuka


Sedangkan masalah kesehatan lingkungan di negara berkembang pada umumnya lima hal yaitu :
1. Masalah sanitasi jamban (jamban).
2. Penyediaan air minum.
3. Perumahan (housing).
4. Pembuangan sampah.
5. dan pembuangan air limbah (air kotor).
Manusia memiliki berbagai jenis kebutuhan, baik kbutuhan pokok atau primer maupun kebutuhan sekunder. Dalam memenuhi kebutuhannya tersebut, manusia memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia. Semakin banyak jumlah manusia, semakin banyak pula sumber daya alam yang di gali, di olah dan di jadikan sebagai produk yang siap di gunakan.
Dalam proses pengambilan, pengolahan dan pemanfaatan sumberdaya alam, terdapat sisa yang tidak dapat di gunakan. Sisa tersebut di buang karena tidak di gunakan pada saat itu. Sisa dari proses tersebut kemudian mencemari lingkungan perairan, udara dan daratan, sehingga lama kelamaan lingkungan menjadi menjadi rusak.
D.   Pelayanan Kesehatan
Sesorang apabila menderita penyakit atau mersakan suatu kelainan pada bagian tubuhnya akan berusaha dan bertindak untuk mngetahui penyebabnya dan upaya penyembuhannya. Banyak upaya untuk melakukannya, antara lain dengan cara mencari pengobatan ke pelayanan kesehatan yang tersedia baik milik pemerinta maupun swasta. Tindakan percarian pengobatan oleh seseorang erat kaitannya dengan persepsi seseorang tentang pelayanan kesehatan tersebut. Apabila persepsi seseorang terhadap pelayanan kesehatan yang ada itu baik maka dia akan memanfaatkan pelayanan kesehatan tersebut dan dengan segera menkonsultasikan penyakitnya.
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang di selenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok atau masyarakat.
Bentuk dan jenis pelayanan kesehatan beraneka ragam karena semua ini di tentukan oleh:
1.   Pengoganisasian pelayanan, yaitu apakah dilakukan sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi.
2.   Ruang lingkup kegiatan, yaitu apakah hanya mencakup kegiatan pemeliharaan kegiatan, peningkatan kesehatan, peningkatan kesehatan, pencegah penyakit, pengobatan penyakit, pemulihan kesehatan atau kombinasi dari padanya.
3.   Sasaran pelayanan kesehatan, yaitu apakah untuk perseorangan, kelompok ataupun untuk masyarakat secara keseluruhan (Tri,2013).
Kebutuhan seseorang terhadap pelayanan kesehatan adalah yang obyektif, karena mrupakan wujud dari masalah-masalah kesehatan yang ada di msyarakat yang tercermin dari gambaran pola penyakit. Dengan demikian untuk menentukan perkembangan kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan dapat mengacu pada perkembangan pola penyakit di masyarakat.
Adapun tuntutan kesehatan adalah suatu yang obyektif, oleh karena itu pemenuhan terhadap tuntutan kesehatan sedikit pengaruhnya terhadap perubahan derajat kesehatan, karena sifat yang obyektif, maka tuntutan terhadap kesehatan sangat di pengaruhi oleh status sosial masyarakat itu sendiri.
Untuk dapat menyelenggarakan kesehatan dengan baik maka banyak hal yang perlu di perhatikan di antaranya adalah kesesuaian dengan kebutuhan masyarakat, sehingga pelayanan kesehatan secara umum di pengaruhi oleh besar kecilnya kebutuhan dan tuntutan dari masyarakat yang sebenarnya merupakan gambaran dari maslah kesehatan yang di hadapi masyarakat tersebut.
Departemen of health education end welfare , USA, menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan, yaitu:
1.    Faktor regional dan residence
2.    Faktor dari sistem pelayanan kesehatan yang bersangkutan, yaitu tipe dari organisasi, kelengkapan program kesehatan, tersedianya tenaga dan fasilitas medis, teraturnya pelayanan, hubungan antara dokter/ tenaga kesehatan lainnya dengan penderita dan adanya asuransi kesehatan
3.    Faktor adanya fasilitas kesehatan
4.    Faktor-faktor dari konsumen yang menggunakan pelayanan kesehatan
Di lain pihak fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada belum di gunakan dengan efisien oleh masyarakat. Adapun sebab sebabnya mengapa belum di manfaatkan adalah:
a.   Sistem pelayanan yang selama ini tidak adequat
b.   Lokasi atau pusat-pusat pelayanan tidak berada dalam aksi radius masyarakat banyak dan lebih banyak berpusat di kota-kota.
c.   Lokasi sarana yang ada tidak terjangkau dari segi perhubungan
d.   Pelayan kesehatan tidak terjangkau secara ekonomis oleh rakyat.
E.    Genetik
Factor genetic berpengaruh hanya 5 persen terhadap status kesehatan. Genetic biasanya  di kaitkan dengan adanya kemiripan anak-anak dengan orang tuanya dalam hal bentuk tubuh, proposi tubuh dan percepatan perkembangan. Diamsusikan bahwa selain aktifitas nyata dari lingkungan yang menentukan pertumbuhan, kemiripan ini mencerminkan pengaruh gen yang di kontribusi oleh orang tuanya kepada keturunannya secara biologis (Nasrul, 1998).
Faktor ini paling kecil pengaruhnya terhadap kesehatan perorangan atau masyarakat dibandingkan dengan faktor yang lain. Pengaruhnya pada status kesehatan perorangan terjadi secara evolutif dan paling sukar di deteksi. Untuk itu perlu dilakukan konseling genetik. Untuk kepentingan kesehatan masyarakat atau keluarga, faktor genetik perlu mendapat perhatian dibidang pencegahan penyakit. Misalnya seorang anak yang lahir dari orangtua penderita diabetas melitus akan mempunyai resiko lebih tinggi dibandingkan anak yang lahir dari orang tua bukan penderita DM. Untuk upaya pencegahan, anak yang lahir dari penderita DM harus diberi tahu dan selalu mewaspadai faktor genetik yang diwariskan orangtuanya .Olehkarenanya, ia harus mengatur dietnya, teratur berolahraga dan upaya pencegahan lainnya sehingga tidak ada peluang faktor genetiknya berkembang menjadi faktor resiko terjadinya DM pada dirinya. Jadi dapat di umpamakan, genetik adalah peluru (bullet) tubuh manusia adalah pistol (senjata), dan lingkungan/prilakun manusia adalah pelatuknya (trigger).
Semakin besar penduduk yang memiliki resiko penyakit bawaan akan semakin sulit upaya meningkatkan derajat kesehatan. Oleh karena itu perlu adanya konseling perkawinan yang baik untuk menghindari penyakit bawaan yang sebenarnya dapat dicegah munculnya. Akhir-akhir ini teknologi kesehatan dan kedokteran semakin maju. Teknologi dan kemampuan tenaga ahli harus diarahkan untuk meningkatkan upaya mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
F.    Determinan Yang Mempengaruhi Status Kesehatan
Teori klasik yang dikembangkan oleh Blum (1974) mengatakan bahwa adanya 4 determinan utama yang mempengaruhi derajat kesehatan individu, kelompok atau masyarakat. Empat determinan tersebut secara berturut-turut besarnya pengaruh terhadap kesehatan adalah: a). lingkungan, b). perilaku, c). pelayanan kesehatan, dan d).keturunan atau herediter. Keempat determinan tersebut adalah determinan untuk kesehatan kelompok atau komunitas yang kemungkinan sama di kalangan masyarakat. Akan tetapi untuk kesehatan individu, disamping empat faktor tersebut,  faktor internal individu juga berperan, misalnya : umur, gender, pendidikan, dan sebagainya, disamping faktor herediter. Bila kita analisis lebih lanjut determinan kesehatan itu sebenarnya adalah semua faktor diluar kehidupan manusia, baik secara individual, kelompok, maupun komunitas yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kehidupan manusia itu. Hal ini berarti, disamping determinan-determinan derajat kesehatan yang telah dirumuskan oleh Blum tersebut masih terdapat faktor lain yang mempengaruhi atau menentukan terwujudnya kesehatan seseorang, kelompok atau masyarakat.
1.   Faktor makanan
Makanan merupakan faktor penting dalam kesehatan kita. Bayi lahir dari seorang ibu yang telah siap dengan persediaan susu yang merupakan makanan lengkap untuk seorang bayi. Mereka yang memelihara tubuhnya dengan makanan yang cocok, menikmati tubuh yang benar-benar sehat.Kecocokan makanan ini menurut waktu, jumlah, dan harga yang tepat. Hanya saat kita makan secara berlebihan makanan yang tidak cocok dengan tubuh kita, maka tubuh akan bereaksi sebaliknya. Sakit adalah salah satu reaksi tubuh, dan bila kemudian dicegah atau dirawat dengan benar, tubuh kembali sehat.Penyakit merupakan peringatan untuk mengubah kebiasaan kita.Perlu diingat selalu bahwa tubuh kita hanya memerlukan makanan yang tepat dalam jumlah yang sesuai.
2.   Pendidikan atau tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan akan membentuk cara berpikir dan kemampuan seseorang untuk memahami faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan tersebut untuk menjaga kesehatannya. Pendidikan juga secara tidak langsung akan mempengaruhi perilaku seseorang dalam menjaga kesehatannya. Biasanya, orang yang berpendidikan (dalam hal ini orang yang menempuh pendidikan formal) mempunyai resiko lebih kecil terkena penyakit atau masalah kesehatan lainnya dibandingkan dengan masyarakat yang awam dengan kesehatan.
3.    Faktor sosial ekonomi
Faktor-faktor sosial dan ekonomi seperti lingkungan sosial, tingkat pendapatan, pekerjaan, dan ketahanan pangan dalam keluarga merupakan faktor yang berpengaruh besar pada penentuan derajat kesehatan seseorang.Dalam masalah gizi buruk misalnya, masyarakat dengan tingkat ekonomi dan berpendapatan rendah biasanya lebih rentan menderita gizi buruk.Hal tersebut bisa terjadi karena orang dengan tingkat ekonomi rendah sulit untuk mendapatkan makanan dengan nilai gizi yang bisa dibilang layak.
4.    Latar belakang budaya
Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai, dan kebiasaan individu, termasuk sistem pelayanan kesehatan dan cara pelaksanaan kesehatan pribadi. Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai Merauke memiliki beribu-ribu suku dengan adat istiadat yang berbeda-beda  pula. Sebagian dari adat istiadat tersebut ada yang masih bisa dibilang “primitif” dan tidak mempedulikan aspek kesehatan.Misalnya saja, pada suku Baduy yang tidak memperbolehkan masyarakat menggunakan alas kaki.
5.    Usia
Setiap rentang usia (bayi-lansia) memiliki pemahaman dan respon yang berbeda-beda terhadap perubahan kesehatan yang terjadi.
6.    Faktor emosional
Setiap pemikiran positif akan sangat berpengaruh, pikiran yang sehat dan bahagia semakin meningkatkan kesehatan tubuh kita. Tidak sulit memahami pengaruh dari pikiran terhadap kesehatan kita.Yang diperlukan hanyalah usaha mengembangkan sikap yang benar agar tercapai kesejahteraan.
7.    Faktor agama dan keyakinan
Agama dan kepercayaan yang dianut oleh seorang individu secara tidak langsung mempengaruhi perilaku kita dalam berperilaku sehat.Misalnya, pada agama Islam.Islam mengajarkan bahwa “anna ghafatul minal iman” atau “kebersihan adalah sebagian dari iman”. Sebagai umat muslim, tentu kita akan melaksanakan perintah Allah SWT. untuk berperilaku bersih dan sehat.


BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Faktor yang mempengaruhi status kesehatan menurut B. L. Blum, yaitu: lingkungan, prilaku/gaya hidup, pelayanan kesehatan dan keturunan. Selain faktor utama itu determinan yang mempengaruhi tsatus kesehatan, yaitu faktor makanan, pendidikan atau tingkat pengetahuan, faktor sosial ekonomi, latar belakang budaya, usia ,faktor emosional, faktor agama atau keyakinan.
B.   Saran
Melihat kondisi kesehatan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan, maka perlu peran aktif semua pihak dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat,.Penyedia layanan kesehatan, masyarakat, pemerintah dan perusahaan perlu menjabarkan peta jalan pengembangan kesehatan masyarakat secara terpadu dan berkelanjutan. Mengingat wilayah Indonesia sangat luas, dibutuhkan kerjasama dalam merumuskan dan mengembangkan program kesehatan masyarakat sesuai karakteristik daerah setempat sehingga tahap perubahan menuju masyarakat sehat  dalam pengelolaan kesehatan masyarakat menjadi bagian kesadaran dan pengetahuan masyarakat dan pada akhirnya memiliki self belonging bahwa kesehatan merupakan milik dan tanggung jawab bersama. Selain itu, pola penyegaran, pembinaan, pemberdayaan dan penguatan jaringan organisasi Puskesmas, Poskesdes, Posyandu, UKS/UKGS dan PMR sangatlah penting didalam mengembangkan sistem kesehatan masyarakat dengan tujuan menuju masyarakat sehat dan sejalan dengan melibatkan masyarakat semaksimal mungkin.


Daftar pustaka

Nasrul Efendi.1998.Dasar Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, jakarta:EGC
Eko budianto.,2003, Pengantar epidemologi, jakarta: EGC
Dwi Hapastari.,2010, pengaruh lingkungan sehat dan perilaku hidup sehat terhadap status kesehtan
Tri rini.,2013, pelayanan kesehatan di daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan, Jakarta
Ricki m. 2005. Kesehatan lingkungan. Yogyakarta : Graha ilmu



Previous
Next Post »
Thanks for your comment